29.2 C
Pekanbaru
Jumat, 13 Desember 2024

Remaja Masjid dan Perannya Menjadi Motor Penggerak Pendidikan Umat

Oleh Hj. Nurzena, M.Ag*

REMAJA masjid menjadi bagian penting dalam pengembangan masjid. Bahkan, untuk berbagai kegiatan masjid, remaja masjidlah pemegang peran utama. Mereka bisa menjadi motor dalam banyak kegiatan. Sehingga, masjid bisa menjadi labor pembelajaran non-formal bagi remaja masjid. Mereka bisa belajar bersosialisasi anar-sesama remaja masjid yang notabene sebaya, dan bisa pula berinteraksi dengan pengurus dan jamaah masjid.

Pada tulisan ini, ada beberapa saran kegiatan yang bisa dilakukan remaja masjid untuk menggerakkan organisasi remaja masjid dan juga bagian dari upaya memakmurkan masjid.

  1. Menyemarakkan Hari Besar Islam

Banyak kegiatan yang bisa dilaksanakan remaja masjid dalam rangka menyambut dan memeriahkan hari besar Islam. Remaja masjid bisa mengadakan kegiatan sesuai tema hari besar Islam yang diper­ingati.

Untuk peringatan Tahun Baru Hijriyah, misalnya, bisa dilaksanakan lomba cerdas cermat anak-anak menyangkut pribadi Rasulullah dan sahabat dalam hal perjalanan hijrah dari Makkah dan Madinah. Bisa juga dengan mengadakan tabligh akbar bertema keteladanan Rasulullah. Undang muballigh yang lebih dikenal agar punya daya tarik untuk jamaah datang ke masjid.

Bisa juga dilaksanakan dengan mengadakan diskusi Islam bertema ‘’Dua Tahun di Masjid’’. Mengapa disebut ‘’Dua Tahun di Masjid’’ karena kegiatannya dilaksanakan di malam akhir Zulhijjah dan usai dini­hari 1 Muharram.

Kegiatan ‘’Dua Tahun di Masjid’’ juga bisa digelar pada saat Tahun Baru Masehi. Tujuannya tidak lain untuk mencegah remaja masjid ikut terlibat melaksanakan kegiatan hura-hura merayakan tahun baru Masehi yang sebenarnya bukan ajaran Islam.

Kegiatan ‘’Dua Tahun di Masjid’’ itu harus dirancang dengan baik agar tidak membosankan. Bisa saja diawali dengan makan malam bersama sesudah salat Isya berjamaah.  Acara makan malam jangan sampai mengotori masjid. Sebaiknya jangan makan di dalam masjid.

Kemudian bisa dilanjutkan dengan kegiatan Diskusi Islam dengan tema-tema menarik. Sebaiknya jangan lari dari konten remaja, karena di situ letak daya tariknya. Bisa saja mengangkat tema ‘’Remaja dan Pacaran’’, ‘’Calon Suami atau Istri menurut Islam’’.

2. Pelatihan Alquran

Tidak dapat dipungkiri saat ini masih ada remaja kita yang buta aksara Alquran. Selain itu, sejumlah besar remaja masjid sudah bisa baca Alquran, tapi belum bisa baca Alquran dengan baik dan benar sesuai aturan yang telah ada (ilmu tajwid).

Ini mesti menjadi perhatian khusus remaja masjid. Kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin remaja masjid sepanjang tahun. Untuk remaja yang belum bisa baca Alquran, lakukan pendekatan agar mereka mau belajar. Tidak ada istilah terlambat untuk belajar. Mulai dari sekarang, jangan ditunda. Sebab, waktu yang baik untuk memulai itu adalah sekarang, bukan esok. Mencapai langkah 1.000 harus dimulai dari langkah pertama, dan langkah pertama itu pun harus dimulai sekarang.

Sebagai pembimbing, bisa saja dimanfaatkan anggota atau pen­gurus remaja masjid yang sudah bagus bacaan Alqurannya. Jika tidak memungkinkan, bisa mendatangkan pembimbing dari luar.

Hal yang sama bisa dilakukan untuk remaja yang sudah bisa baca Alquran namun bacaannya belum sesuai aturan tajwid. Ini penting menjadi agenda remaja masjid mengingat remaja adalah pewaris orang tua untuk masa depan masjid dan agama Islam.

Kegiatan ini bisa dijadualkan sekali seminggu, sekali dua minggu dengan waktu yang sudah disepakati bersama. Jangan tunggu sampai peserta yang mendaftar banyak untuk memulainya. Mulailah dari yang sedikit, karena rumah gedung pun terbentuk dari susunan bata-bata yang kecil.

Kegiatan ini akan memakan waktu dua hingga empat bulan untuk mendapatkan bacaan yang sesuati kaidah bacaan Alquran yang baik dan benar itu. Tentunya, setelah sampai pada tingkat pengetahuan ini, kegiatan bisa dilanjutkan dengan latihan seni baca Alquran. Seni ini masih bisa dibagi, baik murattal maupun seni tilawah.

Dengan kegiatan bertingkat, berkala dan kontinuitas ini, diyakini akan lahir remaja-remaja yang qori dan qoriah yang dapat bisa diandalkan untuk mengharumkan nama masjid dan daerahnya.

Kegiatan belajar Alquran ini menjadi sangat penting dan harus menjadi kerisauan kita semua, karena saat ini saja kita sudah sangat sulit mencari remaja yang piawai baca Alquran. Kerisauan ini tentulah menjadi kerisauan besar remaja yang akan menjadi penerus tongkat estafet agama Islam di masa yang akan datang.

  1. Kajian Islami

Salah satu kegiatan yang mesti mendapat perhatian remaja masjid adalah dangkalnya pemahaman remaja muslim saat ini terha­dap Islam. Fenomena yang lebih merisaukan, mereka seperti tidak merisaukan keadaan itu. Pengaruh informasi teknologi benar-benar telah menguasai pemikiran sebagian besar remaja kita.

Pendidikan agama Islam yang diberikan di sekolah —khususnya sekolah umum— dari jenjang sekolah dasar hingga menengah benar-benar tak bisa diharapkan. Bayangkan, seminggu hanya ada dua jam pelajaran dengan rentang waktu 40 hingga 45 menit per jam pela­jaran. Ini artinya, hanya ada 80 hingga 90 menit (satu setengah jam) saja seminggu pelajar Islam kita disuguhkan materi ilmu agama di sekolah.

Lalu, di mana para pelajar Islam itu mendapatkan pendidikan agama Islam yang memadai. Harapan lain tentu saja di rumahnya masing-masing. Pertanyaannya, seberapa banyak orangtua yang saat ini meluangkan waktunya untuk memberikan materi pendidikan agama kepada anaknya. Ini tidak terlepas sebagai akibat orangtua sibuk dengan pekerjaan masing-masing dengan alasan demi kebutuhan keluarga.

Kondisi ini masih diperparah pula dengan pengetahuan agama sebagian orangtua yang dangkal. Sehingga, kondisi ini benar-benar merisaukan kita, dan kerisauan inilah yang harus dicermati remaja masjid untuk dicarikan solusinya.

Atas realita di atas, jelas bahwa remaja masjid menjadi salah satu wadah bagi remaja untuk menimba ilmu agama. Lakukan berbagai kajian Islam dengan melibatkan remaja sebagai peserta.

Rancang topik menarik dan datangkan pakar yang cocok untuk bidang kajian yang tengah dibahas. Untuk mendatangkan pakar ini, bisa berkoordinasi dengan pengurus masjid. Sebab, pengurus masjid biasanya lebih memahami dan juga punya akses kepada narasumber.

Kajian mendasar yang dianggap penting bagi remaja antara lain menyangkut penyelenggaraan jenazah, mulai dari memandikan jena­zah, mengafani, menyalatkan dan memakamkan.

Selain itu materi tentang salat yang baik dan benar sesuai tuntunan Islam. Salat yang dimaksud termasuk hal-hal lain men­yangkut salat, seperti bersuci dan berwuduk. Bagaimana salatnya baik kalau wuduk saja tidak benar. Kita tidak ingin remaja kita terjebak menganggap yang biasa itu benar, tetapi bagaimana mereka bisa membiasakan segala yang benar.

Selain materi-materi ubudiah tersebut, kajian islam juga bisa dilakukan dengan topik-topik sosial untuk menggugah rasa solidar­itas remaja masjid.

Kajian apapun yang dilaksanakan, jangan terfokus pada teori, tapi selingi juga dengan aktivitas praktik. Misalnya, tidak cukup hanya mengkaji soal kebersihan dalam Islam, tapi perlu juga diaplikasikan dalam bentuk gotong royong. Sehingga remaja  masjid tidak terjebak kejenuhan dan mereka pun dapat merasakan langsung realita kehidupan bermasyarakat itu.

Intinya, banyak kajian Islam yang bisa dilaksanakan sebagai bagian dari program kerja remaja masjid, sehingga aktivitas remaja masjid pun terus ada dan berkesinambungan.

  1. Pertandingan dan Perlombaan

Menggelar berbagai pertandingan dan perlombaan juga bisa menjadi bagian dari kegiatan remaja masjid. Pertandingan dan perlombaan yang dilaksanakan tentu saja yang tidak bertentangan dengan identitas remaja masjid.

Banyak sekali pertandingan dan perlombaan yang bisa dilaksana­kan. Sebut saja untuk kalangan remaja, bisa saja digelar pertan­dingan bola voli, tenis meja dan lainnya antar-remaja masjid. Inti dari pertandingan itu bukan semata untuk mencari sang juara, tapi lebih memupuk silaturahmi dan semakin mengenal satu dan lainnya.

Selain itu, berbagai jenis perlombaan juga bisa diprakarsai remaja masjid, seperti lomba mewarnai atau menggambar untuk anak-anak, lomba cerdas cermat islami, musabaqoh tilawatil quran, lomba azan dan lainnya.

Berbagai kegiatan untuk anak-anak di atas sebenarnya juga bisa diaplikasikan sebagai lomba untuk para remaja. Sebut saja cerdas cermat islami dan musabaqoh tilawatil quran dan lomba azan. Tiga jenis lomba tersebut sangat penting memgingat realita yang kita lihat saat ini.

Pengetahuan sebagian besar remaja kita tentang Islam sudah sangat dangkal. Dengan adanya lomba cerdas cermat ini, setidaknya akan ada suntikan motivasi untuk membaca dan belajar yang pada akhirnya akan dapat menambah pengetahuannya.

Sama juga halnya dengan musabaqoh tilawatil quran. Saat ini bisa dilihat berapa banyak remaja kita yang punya kemampuan baik dalam seni membaca Alquran. Bahayanya lagi, minat untuk mempela­jarinya pun sudah terasa menurun. Dengan adanya ajang yang diada­kan remaja masjid, setidaknya juga akan memompa spirit remaja mendalami seni membaca Alquran.

Lalu bagaimana dengan azan, apakah masih relepan diselenggara­kan lombanya oleh remaja? Tentu saja. Tidakkah kita risau melihat kenyataan selama ini di sejumlah masjid di daerah kita, muazzin-nya mereka yang sudah tua dengan suara yang sudah tidak merdu lagi. Bukan berarti mereka yang sudah tua tidak boleh jadi muaz­zin. Jelas saja boleh, asal merek masih memenuhi syarat yang ada.

Yang kita miris adalah tampilnya orang tua menjadi muazzin karena sudah tidak ada generasi muda yang bisa menggantikan. Sementara untuk azan ini sangat dianjurkan mereka yang memiliki suara yang merdu dan tentu saja itu potensi besarnya ada pada remaja.

Untuk berbagai pertandingan dan perlombaan yang diadakan, pengurus jangan terlalu mempersoalkan hadiah dan dana yang diper­lukan untuk itu.

Pengalaman penulis membuktikan bahwa pengurus masjid sangat terbuka dan bersemangat membantu mencarikan solusi, selama remaja menunjukkan perannya dalam pembinaan umat di lingkungan masjid tempat tinggal mereka.

Apalagi, dalam setiap lomba yang dilaksanakan, tidak memerlu­kan biaya yang besar dan biasanya masih bisa ditanggulangi oleh masyarakat lingkungan masjid itu sendiri.

Yang penting dilakukan, segala kegiatan yang dilaksanakan, lakukan pembukuaan yang jelas dengan platform anggaran yang jelas dan terinci pula. Transparansi dalam anggaran kegiatan akan menjadi salah satu indikator juga suksesnya suatu kegiatan.

  1. Pengelolaan Perpustakaan

Sebelum membahas lebih jauh mengenai pengelolaan perpustakaan masjid, pertanyaan yang meski diajukan; apakah masjid di tempat tinggal kita sudah ada perpustakaannya. Apakah perpustakaan masjid itu penting?

Dua pertanyaan ini akan kita bahas pada bagian ini. Apakah perpustakaan itu penting bagi sebuah masjid? Jawabanya; penting sekali. Sekali lagi penting. Hal ini disebabkan masjid menjadi pusat kajian dan informasi islam bagi masyarakat yang ada di lingkungan masjid. Pada zaman Rasulullah, masjid bukan saja tempat ibadah, tapi lebih dari itu, sebagai sentral informasi dan bahkan tempat menyusun strategi perang.

Melihat fungsi masjid sebagai sentral informasi islam, sangat ironi kalau sebuah masjid tidak punya referensi yang refresenta­tif untuk menjadi rujukan masyarakat, khususnya jamaah masjid.

Untuk fungsi inilah, masjid mesti punya perpustakaan yang berisi buku-buku kajian Islam, sosial dan lainnya. Dengan demi­kian, masjid tidak saja menjadi tempat salat, tapi juga aktivitas lainnya.

Perpustakaan yang dikelola dengan baik akan memunculkan daya tarik remaja khususnya maupun jamaah masjid untuk hadir ke masjid dengan tujuan selain salat. Selain itu, perpustakaan yang refre­sentatif dan terkelola dengan baik juga akan mampu memikat jamaah untuk berlama-lama di masjid. Bisa saja mereka sudah datang ke masjid jauh sebelum waktu salat tiba, dan sebaliknya mereka tidak langsung pulang begitu salat selesai.

Untuk pengelolaan ini, pengurus remaja masjid hendaklah menun­juk pengurus khusus bidang perpustakaan. Pengurus perpustakaan inilah yang nantinya akan mengatur jadwal buka tutup pustaka dan petugas penjaganya. Dengan cara ini, setidaknya akan menjadi salah satu celah juga menggaet remaja untuk hadir ke masjid dan berlama-lama di sana.

Agar pengelolaannya lebih baik, pengurus remaja masjid bisa berkoordinasi dengan Badan Perpustakaan suatu daerah untuk bisa memagangkan anggotanya tentang tata cara pengelolaan perpustakaan yang baik. Anggota yang sudah dimagangkan inilah yang akan dihar­apkan menularkan ilmunya kepada pengelola yang lainnya.

Lalu, bagaimana dengan koleksi buku? Banyak cara yang bisa dilakukan. Selain meminta sumbangan buku dari para jamaah, remaja masjid juga bisa mengajukan proposal kepada pihak lain, termasuk ke penerbit. Biasanya, akan banyak pihak yang akan mau berparti­sipasi menyumbangkan dana maupun buku untuk melengkapi koleksi buku perpustakaan masjid.

  1. Pelatihan Kewirausahaan

Sesuatu yang perlu menjadi bekal bagi remaja untuk menapak masa depannya adalah pengetahuan tentang kewirausahaan. Ini penting untuk melahirkan generasi bangsa yang mandiri secara ekonomi yang tidak saja fokus pada upaya untuk menjadi karyawan ataupun pegawai negeri sipil.

Membentuk jiwa kewirausahaan ini memang bukan perkara mudah, namun bukan pula tidak mungkin. Kata kuncinya; Wirausahawan itu bisa diciptakan.

Sebelum membahas lebih jauh jauh soal remaja masjid dan kewir­ausahaan, terlebih dahulu kita ulas beberapa hal yang menyangkut kewirausahaan.

Mengapa di Indonesia masih sangat sedikit jumlah wirausahanya? Mengapa banyak generasi muda bangsa ini yang lebih memilih jadi karyawan atau pegawai negeri sipil?

Dalam diri seseorang, terdapat otak kiri dan kanan. Otak kiri lebih banyak berpikir logika, analisis dan lainnya. Sementara otak kanan berkaitan dengan tindakan, kreativitas dan lainnya.

Herry Putra, SB, SE dalam bukunya Cara Aman Pindah Kuadran (2009:6) menuliskan, dalam kurikulum sejak SD hingga perguruan tinggi, kita selalu menggunakan otak kiri. Sehingga yang muncul dalam masyarakat, umumnya lebih mementingkan analisis, logika, matematika dan jarang sekali memperhatikan atau kurang mengopti­malkan fungsi belahan otak kanan dalam pembelajaran. Pada awaln­ya, tidak lebih dari 10 persen mata pelajaran yang memakai fungsi belahan otak kanan seperti kesenian dan musik.

Pengaruh otak kiri yang dominan itu juga ada pada sejumlah orangtua kita. Tanpa disadari banyak sekali orangtua ketika anaknya berangkat sekolah berpesan agar anaknya belajar rajin-rajin untuk mendapatkan nilai tinggi agar mudah mencari kerja.

Pesan seperti ini muncul dari otak kiri. Sebab, otak kiri tak ingin ada risiko. Otak kiri lebih memilih posisi aman meski hasilnya cenderung tetap.

Di sisi lain, mereka-mereka yang sukses di dunia, lebih domi­nan menggunakan otak kanannya. Otak kanan berkaitan dengan motor­ik, seperti menggambar, bernyanyi, olahraga.

Dalam sebuah seminar disebutkan, kalau otak kiri selalu memun­culkan pertanyaan ‘’nanti bagaimana?’’. Sedangkan otak kanan selalu dengan pernyataan ‘’bagaimana nanti’’. Artinya, jika otak kiri memunculkan berbagai pertanyaan terhadap suatu tindakan yang akan dilakukan, sementara otak kanan selalu dengan aksi dan risiko diselesaikan kemudian.

Antara otak kanan dan otak kiri sebenarnya sama kuatnya. Tinggal lagi dalam aplikasinya, apakah otak kanan lebih dominan atau otak kiri. Antara otak kiri dan kanan saling melengkapi.

Lalu, apakah remaja masjid bisa jadi wirausaha? Tentu saja kesempatan itu terbuka untuk siapa saja, termasuk Anda-anda remaja masjid.

Atas dasar itu pula, remaja masjid mesti diberikan pelatihan tentang kewirausahaan. Bagaimana, remaja masjid kita nanti tidak gamang menatap masa depannya. Mereka tidak semata-mata terfokus untuk mencari kerja setelah menamatkan studi.

Untuk pelatihan kewirausahaan ini, bisa saja dengan mendatang­kan praktisi usaha. Jangan datangkan akademisi, karena biasanya akan lebih banyak bicara teori. Ingat, banyak buku tentang cara menulis yang baik, namun sedikit yang mampu menulis dengan baik. Tapi, tak ada buku teknik naik sepeda, hampir semua orang bisa bersepeda. Intinya, adalah praktik.

Praktisi usaha yang dihadirkan akan memberikan trik dan penga­lamannya menjadi seorang pengusaha. Umumnya, pengusaha hebat memulai usahanya dari sesuatu yang kecil. Selain itu, para prak­tisi usaha akan lebih memilih menyampaikan pengalaman pribadinya dibanding teori-teori dalam banyak buku. Pengalaman yang disam­paikan inilah yang nantinya akan lebih memotivasi peserta untuk terjun menjadi wirausaha muda.

Pelatihan yang telah dilaksanakan hendaknya ditindaklanjuti dengan menjalin kerja sama. Kerja sama yang dimaksud bisa saja melalui pola memagangkan remaja masjid di dunia usaha. Namun perlu dicatat, pemagangan yang dilakukan bukan bertujuan untuk mencari peluang bekerja. Sebab, itu akan kembali pada otak kiri alias menjadi karyawan.

Pemagangan yang dilakukan lebih untuk mendapatkan bekal ilmu dan pengetahuan tentang sesuatu keterampilan, sehingga bisa diaplikasikan sendiri setelah pemagangan itu selesai.

7. Bimbingan Belajar

Potensi besar untuk bimbingan belajar ini bisa dilihat dari keanggotaan remaja masjid. Umumnya, anggota remaja masjid adalah siswa sekolah menengah pertama dan menengah atas.

Bagaimana pengurus remaja masjid melihat potensi ini sebagai salah satu program tahunan remaja masjid. Untuk pelaksanaannya, pengurus bisa bekerja sama dengan lembaga bimbingan belajar yang ada, terutama yang dekat dengan lingkungan masjid.

Kerja sama yang dilakukan bisa dalam bentuk menghadirkan tenaga pengajar di bimbingan tersebut untuk memberikan bimbingan kepada anggota remaja masjid secara terjadwal. Cara lainnya dengan mengirim anggota remaja masjid mengikuti bimbingan di lembaga bersangkutan dengan biaya yang ringan, kalau perlu ada yang gratis.

Untuk remaja yang ingin mendapatkan fasilitas bimbingan bela­jar gratis atau biaya ringan ini, diberikan persyaratan tertentu. MIsalnya, remaja tersebut aktif dalam kegiatan remaja masjid.

Dengan demikian akan memancing remaja untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan remaja masjid, karena mereka merasakan langsung dampak positif bagi dirinya.

Bimbingan belajar ini tidak saja menyangkut mata pelajaran di sekolah, tapi juga bisa dijalin dengan lembaga-lembaga kursus, baik bahasa Inggris maupun komputer.

Kalau pengurus remaja masjid rajin menjajaki kerja sama sema­cam ini, akan banyak lembaga kursus maupun lembaga bimbingan belajar yang membuka diri untuk bekerja sama. Sebab, tidak sedi­kit juga dari lembaga kursus maupun bimbingan belajar itu yang kesulitan untuk mendapatkan siswa sehingga mereka akan menangkap sekecil apapun peluang yang ada. Ya, simbiosis mutualisme-lah. ***

Penulis adalah dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Berita Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Temukan Kami

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Artikel Terbaru